Senin, 21 Maret 2011

"Budaya yang Berlaku Universal"

                Adalah suatu hal yang lazim bila sekelompok manusia, di suatu wilayah tertentu menganut budayanya masing-masing sesuai dengan apa yang berkembang di tempat di mana mereka lahir atau dibesarkan. Budaya yang mereka punya seakan-akan merasuk ke dalam jiwa, sehingga mereka tidak lagi memperhitungkan baik buruknya budaya tersebut. Budaya itu seakan memaksa mereka untuk menerima keberadaannya agar dapat disebut ‘budaya’, serta memaksakan penerapannya sebagai praktek sehari-hari dalam kehidupan penganutnya.
 
                Bukan suatu rahasia lagi jika ada pernyataan “Budaya setiap bangsa sangat beragam”. Keberagaman budaya yang dimiliki masing-masing bangsa inilah yang menjadi keunikan bagi setiap masyarakat dunia, ketika mereka berkesempatan untuk menjelajah sebagian kecil dari bagian dunia ini. Keunikan yang dimiliki membuat para turis dari setiap negara terkadang lebih ‘tertarik’ dan tak jarang ingin mendalami budaya masyarakat tersebut. Keunikan dapat menciptakan suatu keakraban. Keakraban dapat menciptakan persaudaraan. Dan persaudaraan dapat menciptakan perdamaian.  Perdamaian yang tercipta akan menghasilkan suatu tali persaudaraan yang luar biasa eratnya. Alangkah indahnya jika semua masyarakat dunia saling berdamai.

                Di samping semua keunikan dari setiap budaya yang ada, pertentangan juga bukan merupakan hal yang bisa dihindari. Keberagaman juga dapat menghasilkan pertentangan. Sebagai contoh, dalam budaya Indonesia, walaupun mereka satu bangsa namun tetap terbagi menjadi beberapa budaya, dan setiap budaya itu kadang tak sama dan memiliki arti atau meaning yang berbeda.

Contohnya, ada budaya yang menganggap bahwa bersendawa setelah menyantap makanan merupakan hal yang wajar dan dapat menyenangkan hati orang yang memasak atau yang menyajikan masakan. Di lain budaya, hal itu merupakan hal yang sangat tidak sopan. Masih ada lagi contoh yang lain. Misalnya, dalam bertutur kata. Orang Jawa atau Sunda biasanya mempunyai tutur kata yang halus. Sedangkan orang Batak, Makassar sudah lumrah jika berbicara dengan nada yang agak keras. Jika mereka tidak mengerti dan mengetahui akan hal ini, maka suku yang satu akan merasa terganggu dengan cara berbahasa suku yang lain. Itulah sedikit contoh-contoh singkat mengenai perbedaan budaya, tutur kata, dan tingkah laku sebagian kecil budaya-budaya yang ada di Indonesia.

Perlu kita perhatikan, selain perbedaan yang ada di dunia, ada satu budaya yang dapat diterima semua orang, dimanapun, kapanpun, dan tidak ada satu orang pun yang tidak menerima budaya ini. Jika kita menerapkan budaya ini, semua orang pasti akan berbalik melakukan hal yang sama dan dapat membuka kesempatan untuk menjalin persaudaraan. Budaya yang dimaksud di sini adalah senyum. Senyum merupakan suatu budaya yang berlaku secara umum atau universal. Dengannya kita dapat menambah sahabat, menjalin tali silaturahmi yang baik dengan orang lain, dan lain sebagainya. Lewat senyum, orang lain akan merasa sangat senang dan itu dapat dianalogikan sebagai komunikasi pertama yang dapat membuka pintu silaturahmi antarmanusia. Tidak sulit untuk melakukannya, dan tidak perlu membayar harga untuk dapat tersenyum. Jadi, marilah kita tersenyum. Dan jadikanlah senyum itu sebagai suatu budaya. Dan percayalah, dengan senyum, kita dapat mempererat hubungan kita dengan manusia yang lain. Jadi, tetaplah tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar